Bukan bermaksud mengungkit ungkit yang telah berlalu, tetapi hanya ingin
memberikan contoh nyata sebagai bahan Intropeksi
.
Masih segar diingatan kita semua,bahwa menjelang “Kejatuhan Bapak
Soeharto”. Pertanda alam berupah musibah terjadi contoh : Kebakaran hutan
bertubi-tubi,Kekeringan dan Kelaparan,Wabah DBD yang korbannya ribuan,wabah
belalang yang mengerikan,Amukan masa yang menjarah dan membunuh. Begitu Bapak
Soeharto turun”, semuanya “menghilang”
Lalu apa yang dapat kita kaji?
Pertama : Kesalahan Bapak Soeharto yang utama; yaitu “lupa berhenti
setelah melewati puncak keberhasilan”. Seharusnya ditahun 1996+25=1991 itu
beliau berhenti dengan tidak mendengarkan rayuan dan bujukan para penjerumus “HA
& HA” atau paling akhir setelah itu ibu Tien wafat beliau berhenti.
Kedua : Kasih sayang,yang berlebihan. Kristalisasi dari semua ajaran agama
adalah kasih sayang. Kita mengasihi istri kita,kita mengasihi anak-anak kita,
kita mengasihi saudara kita, teman kita dan bahkan kita mengasihi hewan piaraan
kita. Hanya, sejauhmana kita harus meletakan rasa kasih sayang ini?
Ada petuah mengatakan:
- Kalau kamu mengasihi pacarmu, berikanlah 50% rasa kasihmu, 50% sisanya untuk kontrol/koreksi
- Kalau kamu mengasihi tunanganmu berikanlah 70% rasa kasihmu , 30% untuk kontrol/koreksi
- Kalau kamu mengasihi istrimu dan anak” mu berikanlah 90%, sedangkan 10% untuk kontrol/koreksi
Kesimpulannya kita
tidak boleh memberikan kasih sayng 100%, Beliau telah berlebihan dalam
memberikan kasih sayang pada anak” nya ,cucu” nya dan komplotannya, sehingga
lepas kontrol. Seakan tindakan anaknya,cucunya,dan komplotannya sudah pasti
super benar dan baik.
Ketiga : Mentalitas penguasa yang merasa paling benar sendiri. Kalau
orang taat kepada kristalisasi ajaran agama yaitu “ Kasih Sayang”, maka dia
akan memiliki mentalitas yang baik dan segala tindakannya akan selalu dilandasi
oleh rasa kasih sayang. Karena Mentalitas Bobrok, mereka tidak menyadari bahwa
hasil perbuatannya malah menjatuhkan ayahnya sendiri. Penyesalan? “ Panas
setahun yang terhapus oleh hujan dahsyat satu hari”.
Keempat : Karena Pak Harto telah memporak-porandakan ekonomi dan moneter
Indonesia, dengan kebijakan B.L.B.I. nya yang sangat gila-silaan. Hanya untuk
menyelamatkan anak-anak komplotan konglomerat, sehingga hutang kita jadi tambah
bengkak dua kali lipat. Kini tiba saatnya membayar lunas hutangnya kepada alam.
Para pejabat negara (eksekutif,yudikatif dan legislatif) harus mau
belajar dari pengalaman pahit diatas sebagai kaca benggala ingatlah selalu
bahwa harta apapun itu tidak akan dibawa mati. “Hidup itu tidak perlu
serakah,kejam sewenang-wenang.mentang-mentang berkuasa”.
oleh : Damas Berto Merdisando