Tuesday 3 May 2016

Apa yang dapat kita kaji dari kejatuhan Bapak Soeharto?


Bukan bermaksud mengungkit ungkit yang telah berlalu, tetapi hanya ingin memberikan contoh nyata sebagai bahan Intropeksi .

Masih segar diingatan kita semua,bahwa menjelang “Kejatuhan Bapak Soeharto”. Pertanda alam berupah musibah terjadi contoh : Kebakaran hutan bertubi-tubi,Kekeringan dan Kelaparan,Wabah DBD yang korbannya ribuan,wabah belalang yang mengerikan,Amukan masa yang menjarah dan membunuh. Begitu Bapak Soeharto turun”, semuanya “menghilang”
Lalu apa yang dapat kita kaji?

Pertama : Kesalahan Bapak Soeharto yang utama; yaitu “lupa berhenti setelah melewati puncak keberhasilan”. Seharusnya ditahun 1996+25=1991 itu beliau berhenti dengan tidak mendengarkan rayuan dan bujukan para penjerumus “HA & HA” atau paling akhir setelah itu ibu Tien wafat beliau berhenti.
Kedua : Kasih sayang,yang berlebihan. Kristalisasi dari semua ajaran agama adalah kasih sayang. Kita mengasihi istri kita,kita mengasihi anak-anak kita, kita mengasihi saudara kita, teman kita dan bahkan kita mengasihi hewan piaraan kita. Hanya, sejauhmana kita harus meletakan rasa kasih sayang ini?
Ada petuah mengatakan:
  1.      Kalau kamu mengasihi pacarmu, berikanlah 50% rasa kasihmu, 50% sisanya untuk  kontrol/koreksi
  2.    Kalau kamu mengasihi tunanganmu berikanlah 70% rasa kasihmu , 30% untuk  kontrol/koreksi
  3.       Kalau kamu mengasihi istrimu dan anak” mu berikanlah 90%, sedangkan 10% untuk  kontrol/koreksi

Kesimpulannya kita tidak boleh memberikan kasih sayng 100%, Beliau telah berlebihan dalam memberikan kasih sayang pada anak” nya ,cucu” nya dan komplotannya, sehingga lepas kontrol. Seakan tindakan anaknya,cucunya,dan komplotannya sudah pasti super benar dan baik.

Ketiga : Mentalitas penguasa yang merasa paling benar sendiri. Kalau orang taat kepada kristalisasi ajaran agama yaitu “ Kasih Sayang”, maka dia akan memiliki mentalitas yang baik dan segala tindakannya akan selalu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Karena Mentalitas Bobrok, mereka tidak menyadari bahwa hasil perbuatannya malah menjatuhkan ayahnya sendiri. Penyesalan? “ Panas setahun yang terhapus oleh hujan dahsyat satu hari”.

Keempat : Karena Pak Harto telah memporak-porandakan ekonomi dan moneter Indonesia, dengan kebijakan B.L.B.I. nya yang sangat gila-silaan. Hanya untuk menyelamatkan anak-anak komplotan konglomerat, sehingga hutang kita jadi tambah bengkak dua kali lipat. Kini tiba saatnya membayar lunas hutangnya kepada alam.
Para pejabat negara (eksekutif,yudikatif dan legislatif) harus mau belajar dari pengalaman pahit diatas sebagai kaca benggala ingatlah selalu bahwa harta apapun itu tidak akan dibawa mati. “Hidup itu tidak perlu serakah,kejam sewenang-wenang.mentang-mentang berkuasa”.

oleh : Damas Berto Merdisando